Pandangan mata selalu menipu
Pandangan logika selalu tersalah
Pandangan nafsu selalu melulu
Pandangan hati itu yang hakiki
Kalau hati itu bersih
Hati kalau terlalu bersih
Pandangannya kan menembusi hijab
Hati jikalau sudah bersih
Firasatnya sempurna kehendak Allah
Tapi hati bila dikotori
Bisikannya bukan lagi kebenaran
Hati kawasan jatuhnya pandangan Allah
Jasad lahir rujukan manusia
Utamakanlah pandangan Allah
Daripada pandangan manusia
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri nya, – dan dia ingat nama Tuhannya, kemudian dia sembahyang.(Al A’laa 14-15)
Hati insan itu di umpamakan sehelai kertas putih yang bersih, dikala dia berbuat dosa munculah sebuah titik hitam pada kertas itu. Ketika ia beristighfar dan mengerjakan shalat bintik hitam itupun hilang. Demikian seterusnya hati akan tetap higienis selama ia tetap beristghfar dan mendirikan shalat. Jika ia tidak pernah beristighfar dan mendirikan shalat maka hati itu akan dipenuhi bintik hitam yang pada jadinya akan menutupi seluruh hatinya menjadi hitam legam penuh kegelapan.
Hati atau qalbu merupakan belahan utama dari kehidupan manusia . Nabi besar Muhammad Saw, bersabda, Di dalam badan insan ada segumpal darah, apabila segumpal darah itu baik maka oke keseluruhannya. Apabila rusak, rusaklah semuanya. Dia ialah Qolbu (hati) (HR.Muslim)
Lalu bagaimana supaya hati Kita tetap terjaga selalu higienis atau bagaimana supaya hati kita terbuka dan bisa melaksanakan perbaikan, ada amalan yang bisa membukakan hati yang tertutup dan membersihkanya, amalan-amanal tersebut ialah :
Ada 10 Amalan yang bisa membukakan hati di bulan Ramdhan :
1. Sholat Berjamah Tepat Waktu
Sholat lima waktu ialah kewajiban sebagai muslimin dan muslimat bahkan menjadi Rukun Islam kita. Seseorang dinilai baik agamanya bisa dari bagimana menjaga sholatnya sempurna waktu dan berjamaah. Bahkan jikalau sudah berani meninggalan sholat artinya hatinya sudah tidak takut kepda Allah, sudah tidak mementingkan perintah Allah. Jika kita senantiasa menjaga sholat lima waktu dan berjamaah maka hati kita terlatih untuk senantiasa memementingkan perintah Allah dari apapun yang menjadi kesibukan kita.
Firman Allah SWT,
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat! Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan bergotong-royong mengingat Allah ialah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS Al-‘Ankabuut: 45)
Tafsir Ringkas : Mengapa shalat bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar? Ini dikarenakan seorang hamba jikalau mengerjakannya dengan menyempurnakan rukun-rukun dan syarat-syarat shalat serta memperhatikan ke-khusyuu’-annya, maka hal tersebut sanggup menerangi dan membersihkan hatinya, menambah keimanannya, semakin besar lengan berkuasa keinginannya untuk berbuat baik dan semakin sedikit atau bahkan tidak ada impian untuk melaksanakan keburukan.
Artinya jikalau kita Sholatnya benar dan di jaga maka akan mencegah perbuatan keji dan munkar, ketahuilah perbuatan keji dan munkar berawal dari bisiskan hati yang kotor penuh maksiat. Jika hati kita terus menerus bertekad untuk menjaga sholat sempurna waktu insya Allah akan dijauhkan dari bisikan keburukan. Sehingga hati kita senantiasa higienis dan terbuka mendapat hidayah dan taufik dari Allah SWT.
2. Menjaga Seluruh Perangkat Indra dari Yang Tidak Disukai Allah.
Indra kita ialah sumber masuknya dosa dan dosa yang terus menerus dilakukan akan mengakibatkan hati menjadi gelap, jikalau hati sudah gelap maka tidak akan peka lagi terhdap dosa. Jika mata kita tidak dijaga memandang yang tidak boleh oleh Allah maka hati akan terpengaruh, setan menyiraminya supaya muncul niat, setan terus membisikan keburukan tersebut dan jadilah tekad, setan terus mendorong sehingga terjadilah perbuatan maksiat.
Jika indera pendengaran selalu mendengarkan sesuatu yang melalaikan dari mengingat Allah, music-musik yang tidak ada keuntungannya dan mengeraskan hati, mendengarkan malu orang lain, menikmati gossip dan sebagainya maka hatipun akan keras, dan hati yang keras akan mengakibatkan susah ibadah dan simpel berbuat dosa.
Demikian juga dengan lisan kita, bukankah Rasulullah bersabda “ Berkata Baik atau Diam”, artinya jikalau lisan penuh kata-kata yang sia-sia, gibah, fitnah, maka akan menyebakan hati kita penuh noda, susah melihat kekurangan diri, susah muhasabah, bahkan merasa benar sendiri yang jadinya hati menjadi sombong. Hati yang sombong cirinya ialah menolak kebenaran dan melihat orang lain rendah. Rasulullah bersabda: “Kesombongan ialah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (Shahih, HR. Muslim no. 91 dari hadits Abdullah bin Mas’ud)
Lalu bagaimana Jika kita bisa menjaga perangkat indra kita dari perbuatan yang di larang oleh Allah, inilah keuntungannya :
a. Menjadikan Pikiran Jernih.
Alam pikiran insan tidak terjadi dengan sendirinya. Tidak pula ditentukan diktatorial oleh Allah. Yang bisa membentuknya ialah si empunya pikiran sendiri, melalui pemrosesan data dan informasi dalam otak. Informasi itu masuk melalui panca indera. Apa yang dilihat, didengar, dicium, disentuh dan dirasa, semuanya akan terekam di dalam otak. Ada yang cepat hilang dan dilupakan, ada yang lekat hingga tua. Semakin banyak dan semakin sering data dimasukkan, semakin besar pula kemungkinannya untuk tertanam tajam dalam memori, kemudian membentuk teladan pikir seseorang.
Proses pembentukan teladan pikir itu bisa berjalan walau tanpa dikehendaki pemiliknya sendiri. Karena itu sangat penting untuk memperhatikan apa-apa yang didengar dan dilihat demi menjamin kebersihan hati dan pikiran. Menjaga pandangan ialah salah satu sarananya.Pikiran yang jernih akan menghasilkan keputusan-keputusan yang sehat dan tepat. Tentunya ini akan sangat bermanfaat bagi semua pihak.
b. Mempertajam Hati Nurani.
Pola pikir yang telah terbentuk, lama-kelamaan akan mempengaruhi standar nurani seseorang. Hati bisa menjadi keras bila dalam kurun cukup usang tidak dilatih erat dengan Allah karena teladan pikirnya tidak mendukung. Proses perubahan suasana hati itupun bisa berjalan tanpa disadari.
Sebaliknya jikalau mata terjaga, begitu pula indera yang lain, hati pun ikut terjaga kebersihannya, sehingga hati terselubungi oleh cahaya keimanan dan terjauhkan dari kegelapan, mirip firman Allah, “Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, ialah mirip sebuah lobang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar.” (An-Nur: 35)
c. Senantiasa Dzikir Kepada Allah.
Pola pikir kotor yang mulai meracuni hati sanggup diselamatkan jikalau seseorang masih bisa mengingat Allah banyak-banyak. Ini menyerupai sebuah perang antara kebersihan hati yang didasarkan pada ingat kepada Allah dengan teladan pikir kotor yang berdasarkan hawa nafsu. Dengan menundukkan pandangan, seseorang akan lebih simpel mengingat Allah sehingga memberinya kekuatan kepada hati untuk memerangi dampak negatif yang disodorkan pikiran kotor dan hawa nafsu. Telah berfirman Allah SWT dalam surat Al-Kahfi 28, “…. Janganlah kau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan ialah keadaannya melewati batas.”
d. Mencegah Sikap Liar.
Liar artinya tak bisa dikendalikan. Sikap ini simpel muncul bila tidak ada niatan dari yang bersangkutan untuk mengendalikan dirinya. Prosesnya bisa dimulai dari hal-hal sepele, contohnya mulai menganggap remeh perintah Allah. Kian usang kian berani melanggar larangan dan mengabaikan anjuran, hingga jadinya keyakinanpun bisa goyah. Menjaga pandangan merupakan salah satu sarana latihan mengendalikan diri.
e. Melihat Dengan Fitrah Bashirah
Setiap orang mempunyai bashirah yang sanggup membedakan kebaikan dari keburukan. Apabila intuisi ini dipelihara, dirawat, dan dijaga maka ia akan berfungsi banyak bagi pemiliknya. Apalagi jikalau seseorang selalu menjaga pandangan matanya, sehingga sanggup membersihkan hati maka intuisi bukan sekedar terpelihara melainkan terasah semakin tajam. Sebaliknya, jikalau intuisi tidak terpelihara gara-gara hati tidak bersih, maka ukuran benar salah menjadi rancu baginya. Fitrahnya rusak, sehingga hatinya lebih sulit diajak meniti jalan kebenaran.
3. Menganjurkan Kebaikan dan Mencegah Kepada Kemungkaran
Jika kita melatih diri kita untuk menganjurkan kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran maka hati kita akan bersih, apa sebabnya karena hanya hati yang bersihlah yang akan peka terhadap ladang amal dan peka terhdap perbuatan mungkar. Hati yang terbuka seakan sensor yang sangat peka, jikalau ada kebaikan maka akan tergerak mengamalkan dan jikalau ada sekecil apapun perbuatan dosa maka akan tergerak untuk mencegahnya.
Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah insan mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” [QS.Luqman :17]
Anjuran mencegah kemungkaran sebagaimana sabda Rasulullah SAW : Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Siapa saja di antara kalian melihat kem unkaran, maka ubahlah dengan tangannya, apabila ia tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya, bila ia tidak mam pu, ubahlah dengan hatinya, dan itu ialah paling lemahnya iman.” (HR.Muslim)
Jika Hati kita sudah higienis maka akan benci kepada kemungkaran, oleh karena itu latihlah supaya hati ini peka terhadap perbuatan mungkar, cegahlah walaupun dengan hati yang tidak menyukainya.
4. Mengasihi Mahluk
Sifat dan Nama Allah yang Maha Pengasih (ar-Rahman) harusnya terimpementasi dalam kehidupan. Pernahkah kita tersentuh hati kita dikala melihat binatang yang kelaparan, hati kita sedih dan terdorong untuk menolongnya. Itulah salah satu fitrah insniah yang di dalam hati kita terisntal sifat Allah SWT yang Maha Pengasih. Jika hati kita ingin higienis dan terbuka maka latihlan untuk mengasihi mahluknya yang ada di bumi. Tidak hanya insan tetapi juga mahluk lainya yang besar maupun yang kecil. Lihat semut yang sedang hanyut di air, cobalah tolong semut tersebut, rasakan apa yang terjadi di dalam hati kita, rasa yang susah di ceritakan, susah di dapatkan walau harus dengan membayar, rasa itulah dari hati yang terbuka karena kita mengasihi mahluknya.
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
.
بَيْنَمَا كَلْبٌ يُطِيفُ بِرَكِيَّةٍ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ إِذْ رَأَتْهُ بَغِيٌّ مِنْ بَغَايَا بَنِي إِسْرَائِيلَ فَنَزَعَتْ مُوقَهَا فَسَقَتْهُ فَغُفِرَ لَهَا بِهِ
Artinya:
“Tatkala ada seekor anjing yang hampir mati karena kehausan berputar-putar mengelilingi sebuah sumur yang berisi air, tiba-tiba anjing tersebut dilihat oleh seorang perempuan pezina dari kaum bani Israil, maka perempuan tersebut melepaskan khufnya (sepatunya untuk turun ke sumur dan mengisi air ke sepatu tersebut-pen) kemudian memberi minum kepada si anjing tersebut. Maka Allah pun mengampuni perempuan tersebut karena amalannya itu” (HR Al-Bukhari no 3467 dan Muslim no 2245)
Hanya hati yang lembutlah yang bisa mengasihi sesama mahluk dan hati yang kotor dan keras sangat susah megasihi, susah menolong. Latihlah hati kita supaya senantiasa memilki rasa kasih yang tinggi kepada mahluk di seluruh alam raya ini.
5. Hati Jangan Mencintai Dunia
Cinta Dunia bukan berarti tidak mempunyai dunia, tetapi tidak di kuasai dunia, tidak mengakibatkan dunia mengakibatkan tujuan, tidak mengakibatkan dunia yang melalaikan dari mengingat Allah.
Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu (suami / isteri), kaum keluargamu, harta kekayaan yang kau usahakan, perdagangan yang kau khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah kawasan tinggal yang kau senangi, ialah lebih kau cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (9:24)
Yang demikian itu disebabkan karena bergotong-royong mereka menyayangi kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. (16:107)
Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai. (16:108)
6. Menunjukan Akhlaq Yang Baik Kepada Semua Orang Sesuai Kedudukanya
Jika saja selalu pertanda akhlaq yang baik itulah tanda terbukanya hati, dan jikalau hati terbuka maka kita akan semakin ringan dalam pertanda ahlak mulia. Akhlak ialah respon sepontan dalam menyikapi kejadian. Jika akhlaq kita baik maka setiap respon dalam setiap kejadian akan dtuntun oleh tuntunan hati yang higienis penuh keimanan kepada Allah. Sebaliknya jikalau hati penuh dengan respon-respon yang buruk, akhlaq yang jelek maka akan mengakibatkan hati kita tertutup noda..
7. Membalas Keburukan dengan Kebaikan
Allah Ta’ala berfirman :
ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ
“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seakan-akan telah menjadi teman yang sangat setia” (QS. Fushilat : 34).
Jika seseorang melaksanakan keburukan terhadapmu, terlebih khusus lagi jikalau mereka ialah kerabat-kerabatmu, sahabat-sahabatmu, mereka berbuat jelek kepadamu, baik melalui lisan mereka maupun perbuatan mereka, maka balaslah mereka dengan kebaikan. Jika mereka memutus silaturahmi denganmu, maka sambunglah kembali silaturahmi tersebut. Jika mereka berbuat zholim kepadamu, maka maafkanlah.
Sungguh memerlukan latihan terus menerus supaya kita bisa mengakibatkan ahlaq kita mulia, salah satunya ialah berlatihlan untuk membalas keburukan orang lain dengan keburukan. Jika membalas kebaikan kepada orang yang baik ialah sifat yang biasa karena masuk akal kita membalas kebaikan, merasa hutang kebijaksanaan dan sebagainya. Tetapi hati yang mulia dan terbuka maka akan ringan sekali dalam memaafkan keburukan orang lain bahkan membalas dengan keburukan orang lain dengan kebaikan.
8. Menyambungkan Silaturahmi Kepada Orang Yang Memutuskanya
Sebagian insan tidak menyambung kekerabatan dengan kerabatnya kecuali apabila mereka menyambungnya, ini pada hakekatnya bukan menyambung tali silaturahmi, bergotong-royong hal tersebut hanyalah membalas jasa saja, karena bergotong-royong muru`ah dan fitrah yang sehat menuntut untuk membalas jasa kepada orang yang berbuat baik kepadamu, sama saja ia termasuk kerabatmu atau bukan. Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash ra dari Nabi saw dia bersabda:
” لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلكِنَّ الْوَاصِلَ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا “
“Orang yang menyambung (tali silaturahmi) bukanlah orang yang membalas jasa, akan tetapi orang yang menyambung (tali silaturahmi) ialah yang apabila diputuskan kekerabatan (silatarrahim)nya, ia menyambungnya” (HR Bukhari, Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dan dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra saya berkata: Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku wacana amalan yang utama, maka dia bersabda:
”
صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَأَعْطِ مَنْ حَرَمَكَ وَأَعْرِضْ عَمَّنْ ظَلَمَكَ “
“Sambunglah orang yang tetapkan (hubungan dengan)mu, berilah kepada orang yang tidak memberi kepadamu, dan berpalinglah dari orang yang berbuat zalim kepadamu” (HR Ahmad)
Wahai saudaraku, bergotong-royong termasuk dari silaturahmi ialah engkau mengampuni kesalahan orang lain, dan menutupi kekeliruan. Tiada logika sehat, keutamaan, dan kecerdasan kecuali engkau menyambung tali silaturahmi kepada orang yang telah memutuskan, memberi kepada orang yang tidak pernah memberi kepadamu, memaafkan kepada orang yang berbuat zalim kepadamu, dan bersikap santun kepada yang udik terhadapmu. Maka akan semakin bertambah kecerdasan, membesar keutamaan, dan meninggi jiwa dikala engkau berbaik sangka (husnuz zhan) dengan mereka, dan melihat pada kekeliruan mereka dengan pandangan orang yang mulia lagi toleran.
9. Memberi Kepada Yang Kikir Kepada Kita
Seperti menyambungkan silaturahmi, memberi kepada yang kikir kepada kita juga memerlukan hati yang higienis dan terbuka supaya bisa memberi kepada yang kikir kepada kita. Memberi kepda yang sering memberi kepada kita ialah hal yang biasa, karena kita membayar hutang budi. Menjadi luar biasa jikalau kita bisa memberi kepada yang kikir kepada kita.
10. Memamafkan Orang Yang Berbuat Buruk Kepda Kita
Dan diriwayatkan dari Nabi saw, bergotong-royong dia bersabda:
” إِذَا ظَهَرَ الْقَوْلُ وَخزن الْعَمَلُ وَائْتَلَفَتِ اْلأَلْسُنُ وَتَبَاغَضَتِْ الْقُلُوْبُ وَقَطَعَ كُلُّ ذِي رَحِمٍ رَحِمَهُ فَعِنْدَ ذلِكَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ “
“Apabila nampak ucapan dan tersimpan amal ibadah, janji nampak di pengecap dan hati saling membenci, serta setiap orang yang mempunyai keluarga memutuskannya, maka dikala itulah Allah saw mengutuk mereka, menulikan mereka, dan membutakan mata mereka” (HR Thabrani)
Memaafkan ialah proses untuk menghentikan perasaan dendam, jengkel, atau murka karena merasa disakiti atau dizhalimi. Pemaafan (forgiveness) sendiri, berdasarkan andal psikologi Robert D. Enright,3 ialah kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, evaluasi negatif, dan sikap acuh-tidak-acuh terhadap orang lain yang telah menyakitinya secara tidak adil. Melengkapi pandangan Enright di atas, Thompson4 mendefinisikan pemaafan sebagai upaya untuk menempatkan kejadian pelanggaran yang dirasakan sedemikian hingga respon seseorang terhadap pelaku, peristiwa, dan akhir dari kejadian yang dialami diubah dari negatif menjadi netral atau positif.
Berlatihlan untuk segera memaafkan kesalahan orang dengan cara mencari dan mengingat kebaikan orang tersebut kepada kita. Hati yang memaafkan akan selalu higienis dan terbuka….