Alquran bak mentari yang sinarnya menerangi penjuru bumi, sekaligus bisa disaksikan milyaran mata manusia di dunia.
Tetapi, tiap mata yang memandang memiliki perbedaan persepsi tentang mentari. Sangat tergantung dari sudut pandang mata menyaksikannya. Karena itulah, di masa Nabi serta sahabat telah terjadi banyak perbedaaan pendapat seputar Alquran apalagi setelah berakhirnya masa generasi salaf.
Meskipun begitu, perbedaan ini tetap ada benang merahnya. Bentuk perbedaandalam cara memandang Alquran diantaranya ada di model penafsiran.
Ada pendekatan bil-matsur (berdasarkan riwayat), pendekatan bil-ma’qul (berdasarkan nalar), ada juga menggunakan pendekatan konvergensi, yaitu memadukan metode bil-matsur dengan bil-ma’qul.
Nah, di luar dari pendekatan penafsiran yang disebutkan di atas yaitu “opini Alquran”.
Disebut opini karena pemaparannya tidak menggunakan pendekatan tafsir yang umum. Opini Alquran umumnya disampaikan ketika menyerang orang lain yang berbeda paham atau mengait-ngaitkan peristiwa khusus/unik yang berbeda jauh sekali dari substansi makna ayat tersebut.
Beberapa contoh opini Alquran yaitu ketika banyak yang mencoba menghubung-hubungkan ayat-ayat Alquran dengan bencana-bencana alam yang marak belakangan ini, khususnya tersebar di media sosial.
Ciri paling mendasar yang membedakan tafsir dengan ‘opini’ Alquran yaitu:
Penutup
Opini Alquran merupakan hujjah yang melegetimasi ayat Alquran dalam melihat realitas tertentu, sayangnya opini sebatas opini, cukuplah dijadikan pengetahuan, bukan sebagai ilmu untuk mengamalkan Alquran. Apalagi untuk menilai keyakinan, pemahaman, dan amal orang lain.
Wallahu a’lam.