Kumpulan Hadis Istighfar Pilihan Rasulullah
31/10/20255 Alasan Keluarga Muslim Harus Memiliki Buku Riyadhus Shalihin
04/11/2025Al Quran Custom – 7 Hadits Nabi Tentang Bahaya Lisan yang Sering Kita Sepelekan. Lisan adalah organ tubuh yang unik. Ia berukuran kecil, tidak bertulang, namun memiliki kekuatan yang melebihi pedang.
Hadits Nabi Tentang Bahaya Lisan yang Sering Kita Sepelekan
Dengan lisan, seseorang bisa meraih derajat tertinggi di surga. Namun dengan lisan pula, seseorang bisa terjerumus ke dasar neraka.
Di era media sosial saat ini, “lisan” kita telah berevolusi menjadi “ketikan” jari. Bahayanya menjadi berlipat ganda karena apa yang kita ucapkan (tulis) kini bisa disaksikan ribuan orang dan abadi dalam jejak digital.
Masalahnya, kita sering menyepelekan dosa-dosa yang datang dari lisan. Kita menganggap ghibah sebagai “curhat”, adu domba sebagai “berbagi info”, atau debat kusir sebagai “adu argumen”.
7 Hadits Nabi Tentang Bahaya Lisan
Mari kita segarkan kembali ingatan kita dengan 7 hadis Nabi SAW tentang betapa berbahayanya lisan, yang mungkin sering kita lupakan.
1. Hadis tentang Jaminan Surga (bagi yang Menjaganya)
Hal pertama yang harus kita pahami adalah korelasi langsung antara lisan dan jaminan surga.
“Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya (lisan) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan), maka aku menjamin surga untuknya.” (HR. Bukhari)
Makna & Konteks: Ini adalah jaminan langsung dari Rasulullah SAW. Beliau seolah berkata, “Fokuslah jaga dua hal ini, sisanya akan Aku jamin.” Ini menunjukkan bahwa perang terbesar seorang mukmin adalah melawan lisannya sendiri.
2. Hadis tentang Berkata Baik atau Diam
Ini adalah kaidah emas dalam berkomunikasi. Jika tidak ada yang baik untuk diucapkan, maka diam adalah pilihan terbaik.
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Makna & Konteks: Hadis ini mengaitkan iman kita dengan cara kita berbicara. Seringkali kita merasa “harus” berkomentar, “harus” ikut nimbrung, padahal tidak ada manfaatnya. Hadis ini adalah rem pakem: jika ucapan itu tidak baik (tidak bermanfaat, menyakiti, atau sia-sia), maka diam adalah wujud dari iman kita.
3. Hadis tentang Ghibah (Membicarakan Aib Orang)
Inilah dosa lisan yang paling sering kita sepelekan, seringkali dengan dalih “ini fakta, bukan fitnah.”
Rasulullah SAW bertanya, “Tahukah kalian apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda:
“Engkau menyebutkan perihal saudaramu yang tidak ia sukai.”
Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana jika yang aku katakan itu benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Jika yang kau katakan itu benar, maka engkau telah berbuat ghibah. Dan jika yang kau katakan itu tidak benar, maka engkau telah berbuat buhtan (dusta/fitnah).” (HR. Muslim)
Makna & Konteks: Hadis ini menutup semua celah. Ghibah adalah membicarakan keburukan faktual orang lain di belakangnya. “Curhat” tentang kejelekan atasan, “berbagi cerita” tentang aib tetangga, semuanya termasuk ghibah yang diibaratkan memakan bangkai saudara sendiri.
4. Hadis tentang Namimah (Adu Domba)
Ini adalah level selanjutnya dari ghibah. Tidak hanya membicarakan, tapi memindahkan omongan untuk merusak hubungan.
“Tidak akan masuk surga Nammam (orang yang suka mengadu domba).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Makna & Konteks: “Eh, tahu nggak, si A kemarin ngomongin kamu begini…” Kalimat sederhana ini adalah racun pemutus silaturahmi. Di era media sosial, screenshot percakapan dan menyebarkannya untuk memanasi situasi adalah bentuk namimah modern yang sangat berbahaya.
5. Hadis tentang Dusta (Berbohong)
Kita sering menyepelekan “white lies” atau bohong untuk bercanda. Padahal, Nabi SAW sangat membenci sifat ini.
“Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta itu akan mengantarkan kepada keburukan (fujur), dan sesungguhnya keburukan itu akan mengantarkan kepada neraka.” (HR. Muslim)
Makna & Konteks: Dusta adalah induk dari kejahatan. Sekali berbohong, kita akan butuh kebohongan lain untuk menutupinya. Ini adalah candu yang akan terus menyeret pelakunya menuju keburukan yang lebih besar.
6. Hadis tentang Berdebat
Inilah yang sering terjadi di kolom komentar. Kita merasa paling benar dan harus memenangkan argumen, padahal Nabi menjanjikan surga bagi yang meninggalkannya.
“Aku menjamin sebuah rumah di tepi surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar.” (HR. Abu Dawud)
Makna & Konteks: Hadis ini bukan berarti kita tidak boleh berdiskusi mencari kebenaran. Ini adalah larangan untuk jidal (debat kusir) yang tujuannya hanya ingin menang, menjatuhkan lawan, dan merasa paling pintar. Menjaga keutuhan hati saudara kita seringkali lebih utama daripada memenangkan argumen sepele di media sosial.
7. Hadis tentang Celakanya Lisan
Hadis ini adalah penutup yang paling menampar. Ini adalah jawaban atas pertanyaan, “Apa yang paling banyak menjerumuskan orang ke neraka?”
Dalam sebuah hadis panjang, Mu’adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah, “Apakah kita akan disiksa karena apa yang kita ucapkan?” Maka Nabi SAW menjawab:
“…Bukankah manusia itu disungkurkan ke dalam neraka di atas wajah mereka (atau hidung mereka), tidak lain adalah karena hasil dari lisan-lisan mereka?” (HR. Tirmidzi)
Makna & Konteks: Hadis ini adalah kesimpulan. Lisan kitalah yang akan menjadi “saksi” sekaligus “penyebab” utama nasib kita di akhirat. Apa yang kita ketik, apa yang kita ucapkan, semua akan dipertanggungjawabkan.
Bagaimana Cara Membentengi Lisan Kita?

Tujuh hadis di atas hanyalah sebagian kecil dari peringatan Rasulullah SAW. Menjaga lisan adalah sebuah ilmu dan perjuangan yang butuh panduan. Kita perlu tahu secara rinci: Apa saja larangan ghibah? Kapan ghibah dibolehkan? Bagaimana adab berbicara? Kapan kita harus diam?
Semua petunjuk ini telah dirangkum dengan sangat sistematis oleh ulama besar, Imam Nawawi, dalam kitab legendaris beliau:
Riyadhus Shalihin (Taman Orang-Orang Shalih)
- Penulis: Imam Nawawi
- Harga: Rp 160.000
- Ukuran: XXI+605 hlm (20,5×27,5 cm)
Di dalam buku mahakarya ini, Imam Nawawi mendedikasikan bab-bab khusus untuk membentengi kita dari bahaya lisan, di antaranya:
- Bab Menjaga Lisan
- Bab Larangan Ghibah
- Bab Larangan Namimah (Adu Domba)
- Bab Larangan Berdusta
- Bab Larangan Mencela
- Dan puluhan bab akhlak mulia lainnya.
Buku ini diakui oleh para ulama dari generasi ke generasi sebagai panduan perbaikan diri terlengkap. Membaca dan mempelajarinya seperti memiliki seorang guru bijak yang menuntun kita langkah demi langkah menuju surga.
Jangan sepelekan lagi lisan Anda. Bekali diri dengan ilmunya.
Miliki segera Kitab Riyadhus Shalihin edisi terbaik dari Penerbit Jabal sebagai investasi akhirat Anda!

