Surah Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fatihah, “Pembukaan”) yaitu surah pertama dalam al-Qur’an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di antara surah-surah yang ada dalam Al-Qur’an.
Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), alasannya yaitu dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur’an (induk al-Quran) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab) alasannya yaitu beliau merupakan induk dari semua isi Al-Quran. Dinamakan pula As Sab’ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang) alasannya yaitu jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Yang menguasai di Hari Pembalasan.
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Kandungan Al-Qur’an Surat Al-Fatihah.
Ummul Qur’an (induk Al-Qur’an) merupakan salah satu nama lain yang disandang Al-Qur’an. mengapa demikian? Karena isi kandungan ketujuh ayatnya merupakan intisari dari Al-Qur’an. Sebagimana yang dikutip M. Quraisy Shihab dalam tafsirnya , Abul Hasan Al-Harralli menjelaskan bahwa al-Fatihah adalah induk Al-Qur’an, alasannya yaitu ayat-ayat Al-Qur’an seluruhnya terinci melalui kesimpulan yang ditemukan pada ayat-ayat al-Fatihah.
Tiga ayat pertama dalam surat al-Fatihah meliputi makna-makna yang dikandung oleh asmaa’ul Husna. Semua rincian yang terdapat dalam Al-Qur’an yang menyangkut Allah Swt bersumber dari ketiga ayat pertama itu. Ajaran tauhid yang terkandung dalam ketiga ayat pertama tersebut yaitu sifatiyah (asma dan sifat), artinya kita meyakini bahwa Allah Swt mempunyai sifat-sifat keutamaan sebagaimana yang tersirat pada ayat-ayat tersebut yang mengandung arti pula bahwa Allah Swt dengan segala sifat keutamaanNya (ayat 1), telah mencurahkan segenap kasih sayangNya kepada kita, membuat dan mengatur alam semesta untuk kita. Dialah Sang Penguasa alam (ayat 2) sehingga hendaknya kita mengakui dan meyakininya dan memuji kebesaranNya yang telah membuat kita semua.
FirmanNya dalam ayat 5 yang artinya “Yang menguasai di hari Pembalasan” mengandung 2 makna yaitu,
1) bekerjsama Allah Swt yang menetukan dan Dia pula satu-satunya yang mengetahui kapan tibanya hari itu. Tidak ada satupun makhluk yang mengetahui hal tersebut.
2) Allah Swt menguasai segala sesuatu yang terjadi dan apapun yang terdapat dikala itu. Maka jangan bertindak atau bersikap menentangNya , bahkan berbicarapu harus dengan izinNya.
Segala sesuatu yang menjadi penghubung antara makhluk dengan Khaliq terinci dalam firman-Nya pada ayat “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. ada kupasan menarik dari mufassir Quraisy Syihab dalam tafsir al-MIsbah bahwasannya kata “kami” yang dipakai pada ayat ini mengandung beberapa pesan:
Pertama, untuk ciri khas pedoman Islam yaitu kebersamaan. Seorang muslim harus merasa bersama orang lain, tidak sendirian. Atau dengan kata lain seorang muslim harus mempunyai kesadaran social
Kedua, ibadah hendaknya dilakukan bersama-sama. Karena jikalau kita melakukannya bersama-sama, orang lain yang bersama kita akan menutupi kekurangan kita.
Pada ayat 6 “ihdina as-shirath al-Mustaqim” meliputi segala yang meliputi urusan makhluk dalam mencapai Allah dan menoleh untuk meraih rahmat-Nya serta mengesampingkan selain-Nya. Sungguh hanya kepadaNyalah kita berharap biar menunjukkan kita arah tujuan yang benar.