Surat Al-Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah) ialah surah ke-112 dalam al-Qur’an. Surah ini tergolong surat Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan pokok isinya ialah menegaskan keesaan Allah sembari menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti dari surah ini, “Allahu ahad, Allahus shamad” (Allah Maha Esa, Allah daerah bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, adakala kalimat ini dianggap sebagai slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat Syahadat.
1. Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa,
2. Hanya Allah-lah daerah bergantung;
3. Dia tidak beranak, serta Dia tidak pula diperanakkan,
4. Dan tiada satupun yang setara dengan Dia.”
Kandungan Al-Qur’an Surat Al-Ikhlas.
Asbabun nuzul dari surat ini ialah sebagaimana diterangkan dalam riwayat Imam Ahmad bahwa orang-orang musyrik telah menyampaikan kepada Nabi Saw “Hai Muhammad, terangkanlah nasab Tuhanmu kepada kami kemudian Allah menurunkan wahyu “katakanlah, dialah Allah Yang Maha Esa. Allah ialah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Ayat 1, “Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa” artinya Dia Satu dan Tunggal, yang tidak mempunyai bandingan, wakil, saingan, yang ibarat dan yang menyamaiNya. Lafal ini dilarang dipakai kecuali hanya kepada Allah Swt lantaran Dialah Yang Maha Sempurna dalam semua sifat dan perbuatanNya.
Firman Allah dalam ayat 2 “Allah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu” Ibnu Abbas ra menyampaikan “Ash-Shamad” ialah Yang semua makhluk menyandarkan diri kepadaNya dalam setiap kebutuhan dan permasalahan mereka.
“Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan “ dalam ayat 3 menjelaskan bahwa Allah Swt tidak mempunyai keluarga yaitu yang beranggotakan anak, ayah, isteri. Dan dilanjutkan dengan ayat terakhir bahwasannnya Allah Swt tidak sama dengan semua makhluk. Yaitu tidak ada seorangpun tandingan dari makhlukNya yang akan menyainginya atau yang menyamai kedudukanNya. Allah Swt Maha Tinggi dan Mahas suci dari semua itu.
Dalam surat ini terperinci dikatakan bahwa pengesaan terhadap Allah Swt mutlak harus kita lakukan sepenuh hati, dimana sifat Allah Swt yang mustahil dimiliki oleh makhlukNya ialah Esa, tunggal. Sehingga keyakinan akan hal ini semakin memperkuat dan memurnikan tauhid kita. Sehingga kita hanya mempersembahkan semua penghambaan kita hanya kepadaNya.