A. Bacaan Lafal Surat Qs al-Israa’ Ayat 26-27 dan Ayat 29-30 Serta Artinya.
Waaati dzaa lqurbaa haqqahu walmiskiina wabna ssabiili walaa tubadzdzir tabdziiraa.
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang akrab akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kau menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (QS. Al-Israa’ : 26)
Inna lmubadzdziriina kaanuu ikhwaana sysyayaathiini wakaana sysyaythaanu lirabbihi kafuuraa.
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu ialah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu ialah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Israa’ : 27)
Wa-immaa tu’ridhanna ‘anhumu ibtighaa-a rahmatin min rabbika tarjuuhaa faqul lahum qawlan maysuuraa.
“Dan kalau kau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.” (QS. Al-Israa’ : 28)
Walaa taj’al yadaka maghluulatan ilaa ‘unuqika walaa tabsuthhaa kulla lbasthi fataq’uda maluuman mahsuuraa.
“Dan janganlah kau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kau terlalu mengulurkannya sebab itu kau menjadi tercela dan menyesal.” (QS. Al-Israa’ : 29)
Inna rabbaka yabsuthu rrizqa liman yasyaau wayaqdiru innahu kaana bi’ibaadihi khabiiran bashiiraa
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; bahwasanya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Israa’ : 30)
B. Isi Kandungan Al-Qur’an Surat’ : 26-27 dan 29-30.
Seseorang tidak selalu mempunyai harta atau sesuatu untuk dipersembahkan kepada keluarga mereka yang butuh. Namun paling tidak rasa relasi dan persaudaraan serta keinginan membantu harus selalu menghiasi jiwa manusia, sebab itu ayat di atas menuntun dan kalau kondisi keuangan atau kemampuanmu tidak memungkinkanmu membantu mereka sehingga memaksa engkau berpaling dari mereka bukan sebab enggan membantu, tetapi berpaling dengan keinginan suatu dikala engkau akan membantu sesudah berusaha dan berhasil untuk memperoleh rahmat dari Tuhan Pemelihara dan yang selama ini selalu berbuat baik kepadamu, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang gampang yang tidak menyinggung perasaannya dan yang melahirkan keinginan dan optimisme.
Untuk berinfak dan menafkahkan harta di jalan Allah Swt, seringkali timbul bisikan melarang dan menakut-nakuti. Itu ialah ulah setan. Dia yang menakut-nakuti insan terjerumus dalam kemiskinan. Seorang yang kikir, apalagi yang mempunyai kelebihan, kekikirannya membuahkan dengki dan iri hati anggota masyarakat, dari kalau ini terjadi maka setan menyuruh dan mendorong anggota masyarakat untuk melaksanakan aneka kejahatan menyerupai pencurian, perampokan, pembunuhan, dan sebagainya.
Di sisi lain, kekikiran melahirkan sifat rakus untuk enggan bernafkah, dan pada gilirannya menjadi lahan yang sangat subur bagi setan untuk mengantar kepada aneka kejahatan. Demikian ulah setan, menakut-nakuti dan menyuruh kepada kejahatan.
Persaudaraan setan dengan pemboros ialah persamaan sifat-sifatnya, serta keserasian antar keduanya. Mereka berdua sama melaksanakan hal-hal yang batil, tidak pada tempatnya. Penyandang predikat kikir berdasarkan Al-Qur`an tidak akan terlepas dari dua sifat yaitu arogan atau berjalan arogan sebab merasa diri punya kelebihan dibanding orang lain dan membanggakan diri dengan bertindak kaku atau menampilkan secara fisik – baik ucapan maupun gerakan badan – dalam mengekspresikan kesombongannya.
Kedua sifat ini mempunyai kaitan yang erat dengan kepemilikan harta serta kedudukan; sebab orang yang merasa memilikinya, jiwanya seringkali diliputi oleh keangkuhan dan kebanggaan. Di sisi lain, yang arogan dan gembira dengan harta dan kedudukan seringkali pula kikir.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana isi kandungan Al-Qur’an surat al-Israa’ ayat 26-27 dan ayat 29-30. Sumber buku Tafsir Ilmu Tafsir Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu percetakanalquran.com semoga bermanfaat. Aamiin.