A. Lafal Bacaan Al-Qur’an Surat Al-Mujadilah Ayat 11 dan Terjemahannya.
yaa ayyuhaa ladziina aamanuu idzaa qiila lakum tafassahuu fii lmajaalisi fafsahuu yafsahi laahu lakum wa-idzaa qiila unsyuzuu fansyuzuu yarfa’i laahu ladziina aamanuu minkum walladziina uutuu l’ilma darajaatin walaahu bimaa ta’maluuna khabiir
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ”Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, pasti Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ”Berdirilah kamu,” maka berdirilah, pasti Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kau kerjakan.” (QS. al-Mujadalah : 11).
B. Isi Kandungan Al-Qur’an Surat Al-Mujadilah Ayat 11 Tentang Keutamaan Menuntut Ilmu.
(Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kalian, “Berlapang-lapanglah) berluas-luaslah (dalam majelis”) yaitu majelis daerah Nabi saw. berada, dan majelis zikir sehingga orang-orang yang tiba kepada kalian sanggup daerah duduk. Menurut suatu qiraat lafal al-majaalis dibaca al-majlis dalam bentuk mufrad (maka lapangkanlah, pasti Allah akan memberi kelapangan untuk kalian) di nirwana nanti. (Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kalian”) untuk melaksanakan salat dan hal-hal lainnya yang termasuk amal-amal kebaikan (maka berdirilah) berdasarkan qiraat lainnya kedua-duanya dibaca fansyuzuu dengan menggunakan harakat damah pada abjad Syinnya (niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian) alasannya ialah ketaatannya dalam hal tersebut (dan) Dia meninggikan pula (orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat) di nirwana nanti. (Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan). (Tafsir al-Jalalain)
Ayat ini diturunkan pada hari Jum’at saat itu Rasulullah Saw berada di satu daerah yang sempit dan menjadi kebiasaan bagi ia memperlihatkan daerah khusus buat para sobat yang terlibat dalam perang Badar, alasannya ialah besarnya jasa mereka. Ketika majelis tengah berlangsung datanglah beberapa orang sobat yang mengikuti perang Badar. Kemudian tiba pula yang lainnya. Mereka yang gres tiba memberi salam, dan Rasul pun serta sobat menjawab salam tersebut. Tetapi mereka yang telah tiba lebih dahulu (yang sudah duduk) tidak bergeser sedikitpun dari daerah duduknya, sehingga mereka yang gres tiba bangun terus. Maka Nabi Saw memerintahkan kepada sahabat-sahabat yang lain yang tidak terlibat dalam perang Badar untuk mengambil daerah lain biar para sobat yang berjasa itu duduk di bersahabat Nabi . Perintah Nabi itu mengecilkan hati mereka yang disuruh berdiri, dan ini yang dipakai oleh kaum munafik untuk memecah belah dengan berkata : ”Katanya Muhammad berlaku adil, tetapi ternyata tidak.” Nabi yang mendengar kritik itu bersabda: ”Allah merahmati siapa yang memberi kelapangan bagi saudaranya”. Kaum beriman menyambut tuntunan Nabi dan ayat di ataspun turun mengukuhkan perintah dan sabda Nabi itu.
Beberapa hal yang terkandung dalam ayat ini sebagai berikut:
1) Etika dalam Majelis.
Etika dalam majelis ini dimaksudkan bahwa saat berada dalam suatu majelis, hendaklah kita memperlihatkan kelapangan daerah duduk bagi yang gres datang. Tabiat insan yang mementingkan diri sendiri, menciptakan enggan memperlihatkan daerah kepada orang yang gres datang, jadi dalam hal ini hati sangat berperan.
Kata ( َّتَفَسَّحُوا۟) tafassaḥu dan (ٱفْسَحُوا۟) afsaḥu terambil dari kata (فسح) fasaḥa yakni lapang. Sedangkan kata ( ٱنشُزُوا۟ ) unsyuzu terambil dari kata ( نشوز ) nusyuz yakni daerah yang tinggi. Perintah tersebut pada mulanya berarti beralih ke daerah yang tinggi. Yang dimaksud di sini pindah ke daerah lain untuk memberi kesempatan kepada yang lebih masuk akal duduk atau berada di daerah yang masuk akal pindah.
Kata nusyuz yang artinya bangun atau fansyuzu yang berarti berdirilah. Kata tersebut mengisyaratkan untuk berdiri, maka berdirilah. Artinya apabila kita diminta untuk bangun dari majelis Rasulullah Saw, maka berdirilah. Hal ini yang kemudian menajdi pedoman umum, apabila pemilik majelis (protoloker) menyuruh berdiri, maka berdirilah, alasannya ialah tidak layak apabila orang yang gres tiba meminta bangun orang yang telah tiba terlebih dahulu dan duduk di daerah orang itu. Sabda Nabi Saw yang artinya: “Janganlah seseorang menyuruh bangun kepada orang lain dari daerah duduknya, akan tetapi lapangkanlah dan longgarkanlah.”
Kata ( َٱلْمَجَٰلِسِ) adalah bentuk jamak dari kata ( ملس ) majlis yang berarti daerah duduk. Dalam konteks ayat ini ialah daerah Nabi Muhammad Saw memberi tuntunan agama saat itu. Tetapi yang dimaksud di sini ialah daerah keberadaan secara mutlak, baik daerah duduk, daerah bangun atau daerah berbaring. Karena tujuan perintah atau tuntunan ayat ini ialah memberi daerah yang masuk akal serta menyerah kepada orang-orang yang dihormati atau yang lemah. Seorang bau tanah non muslim sekalipun, bila anda (yang muda) duduk di bus atau kereta, sedang dia tidak menerima daerah duduk, maka ialah masuk akal dan beradab bila anda bangun untuk memberi daerah duduk (Quraish Shihab; 2002 : 79).
Dari klarifikasi di atas sanggup dipahami sesungguhnya sebagai orang yang beriman kita (manusia) harus melapangkan hati demi saudaranya yang lain. Dengan kita memperlihatkan kelapangan kepada orang lain, maka ” pasti Allah akan melapangkan bagimu”. Artinya alasannya ialah hati telah dilapangkan terlebih dahulu mendapatkan sahabat, hati kedua belah pihak akan sama-sama terbuka dan hati yang terbuka akan memudahkan segala urusan.
Etika dalam suatu majelis sekurang-kurangnya ialah memperlihatkan kelapangan daerah duduk, maka dengan demikian Allah Swt juga akan melapangkan pula bagi kita pintu-pintu kebajikan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana sabda Nabi Saw:
“Allah akan menolong hamba-Nya, selama hamba itu mau menolong sesama saudaranya.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan at-Tirmizi)
2) Manfaat Beriman dan Berilmu Pengetahuan.
Selanjutnya dalam QS. al-Mujadalah ayat 11 tersebut dijelaskan “niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”. Artinya ada orang yang akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt, yaitu orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan, dengan beberapa derajat.
Orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan memperlihatkan perilaku yang cerdik dan bijaksana. Iman dan ilmu tersebut akan menciptakan orang mantap dan agung. Ini berarti pada ayat tersebut membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekadar beriman dan berinfak saleh, dan yang kedua beriman dan berinfak saleh serta mempunyai pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja alasannya ialah nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan, goresan pena maupun dengan keteladanan.
Kita sanggup saksikan, orang-orang yang sanggup menguasai dunia ini ialah orang orang yang berilmu, mereka dengan gampang mengumpulkan harta benda, mempunyai kedudukan dan dihormati orang. Ini merupakan suatu membuktikan bahwa Allah Swt mengangkat derajatnya.
Kaprikornus antara iman dan ilmu harus selaras dan seimbang, sehingga kalau menjadi ulama, ia menjadi ulama yang berpengetahuan luas, kalau ia menjadi dokter, maka akan menjadi dokter yang yang beriman dan sebagainya.
Pada tamat ayat juga dijelaskan sesungguhnya Allah Swt itu selalu melihat apa yang kau kerjakan, jadi tidak ada yang samar di hadapan Allah Swt. Dan Allah Swt akan mebalas semua apa yang kita kerjakan. Orang yang berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan dan yang jahat akan dibalas sesuai dengan kejahatannya.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan ihwal isi kandungan Al-Qur’an surat Al-Mujadilah ayat 11 ihwal keutamaan menuntut ilmu. Sumber Buku Al Qur’an Hadits Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu percetakanalquran.com semoga bermanfaat. Aamiin.