A. Lafal Bacaan Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 72 dan Artinya.
Walaahu ja’ala lakum min anfusikum azwaajan waja’ala lakum min azwaajikum baniina wahafadatan warazaqakum mina ththhayyibaati afabilbaathili yu’minuuna wabini’mati laahi hum yakfuruun.
“Allah mengakibatkan bagi kau isteri-isteri dari jenis kau sendiri dan mengakibatkan bagimu dari isteri-isteri kau itu, bawah umur dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” (QS. An-Nahl : 72)
B. Memaknai Mufradat.
a. Kata ٱللَّهُ yaitu Nama bagi Wujud Mutlak, Yang Berhak Disembah, Pencipta, Pemelihara dan Pengatur seluruh jagat raga. Dialah Tuhan Yang Maha Esa, yang ditaati dan diikuti segala perintah-Nya. Para pakar bahasa berbeda pendapat perihal kata ini. Ada yang menyatakan bahwa ia yaitu nama yang tidak terambil dari satu akar kata tertentu, dan ada juga yang menyatakan bahwa ia terambil dari kata آلهة (alihah) yang berarti mengherankan atau menakjubkan alasannya setiap perbuatan-Nya menakjubkan. Ada juga yang beropini terambil dari kata ilāh yang berarti ditaati, alasannya ilāh atau Tuhan selalu ditaati.
Apapun asal katanya yang terang Allah Swt menunjuk kepada Tuhan yang Wajib Wujud-Nya itu, berbeda dengan kata آله (ilâh) yang menunjuk kepada siapa saja yang dipertuhan, atau yang lainnya, baik itu Allah maupun selain-Nya, menyerupai matahari yang disembah, atau hawa nafsu yang diikuti oleh penurutnya (QS. Al-Furqan [25]: 43).
b. Kata أَنفُسِكُمْ yaitu bentuk jama’ atau plural dari kata nafs. Kata nafs terambil dari kata nafasa yang berarti bernafas. Belakangan, arti kata tersebut berkembang sehingga ditemukan arti-arti yang beraneka ragam menyerupai menghilangkan, melahirkan, bernafas, jiwa, ruh, darah, manusia, diri, dan hakikat. Kata أَنفُسِكُمْ berarti mempunyai banyak arti, antara lain totalitas diri manusia, sisi dalam manusia, atau jiwanya, sedang yang dimaksud di sini yaitu diri insan sendiri.
c. Kata أَزْوَٰجً yaitu bentuk jama’ dari kata zauj yang berarti pasangan. Kata ini, berdasarkan pakar bahasa al-Qur’an, ar-Ragib al-Asfahani dipakai untuk masing-masing dari dua hal yang berdampingan atau bersamaan jantan maupun betina, baik binatang dan manusia, juga dipakai menunjuk kedua pasangan itu.
d. Kata حَفَدَةً sanggup berarti cucu ataupun pembantu. Kata ini kemudian berkembang dan bermakna “bergegas melayani dan mematuhi”. Dalam kaitanya dengan ayat di atas, Allah Swt memperindah keadaan insan yang telah melaksanakan janji nikah, bahwa antara suami dan istri mempunyai fungsi yang saling membantu untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat langsung dan kebutuhan social dan lain-lain.
e. Kata رِزْقً pada mulanya berarti derma untuk waktu tertentu. Arti asal ini kemudian berkembang, sehingga kata ini diartikan sebagai pangan, pemenuhan kebutuhan, gaji, hujan dan lain-lain, bahkan sedemikian luas dan berkembangpengertiannya sehingga anugerah kenabian pun dinamai rizki (QS. Hud [11] : 88).
f. Kata ٱلطَّيِّبَٰتِ artinya baik. Dalam ayat ini mempunyai makna sifat dari aneka rizki yang telah dianugerahkan Allah Swt. Rizki tersebut berupa keberpasangan antara dua insan yang mempunyai keragaman aspek. Dari sini sanggup dikatakan bahwa rezki tidak hanya terbatas pada makanan, harta benda, tetapi meliputi pada hal yang lebih luas yakni segala yang sanggup dimanfaatkan baik berupa kebutuhan primer (pokok), sekunder (pelengkap), maupun tersier (penyempur).
C. Isi Kandungan Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 72.
Al-Qur`an membahasakan pernikahan ini dengan tiga istilah; Ayat (tanda kekuasaan Allah), ‘uqdah (simpul ikatan) dan misaqun galiz (janji yang berat). Nikah sebagai ayat atau gejala kekuasaan Allah Swt. ini sebagaimana ditegaskan dalam QS. Ar-Rim [30] ayat 21:
“Dan di antara gejala kekuasaan-Nya ialah Dia membuat untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kau cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat gejala bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rim : 21)
Menikah merupakan ayat atau diantara gejala kekuasaan Allah Swt, alasannya Allah Swt telah meletakkan kedamaian (sakinah), cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah) di antara pasangan suami dan isteri. Menikah juga merupakan diam-diam Allah Swt. Tidak ada seorang pun yang mengetahui siapakah jodohnya, yang akan menemaninya sampai selesai hayatnya. Menikah mempersatukan dua insan yang berbeda, berbeda jenis kelaminnya, berbeda warna kulitnya, berbeda pemikiran. Tidak mungkin semua itu terjadi secara kebetulan.
Berpasang-pasangan membuat keharmonisan dan keseimbangan. Tidak hanya manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, dunia yang terkecil menyerupai atom pun saling berpasang-pasangan. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa bahan diciptakan secara berpasangan. Ia dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa bahan berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi mempunyai sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal isi kandungan Al-Qur’an surat An-Nahl Ayat 72 perihal kebesaran dan kekuasaan Allah. Sumber buku Tafsir Ilmu Tafsir Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu percetakanalquran.com semoga bermanfaat. Aamiin.