A. Lafal Bacaan Al-Qur’an Surat Al-Anbiyaa’ Ayat 30 dan Artinya.
Awa lam yaraa ladziina kafaruu anna ssamaawaati wal-ardha kaanataa ratqan fafataqnaahumaa waja’alnaa mina lmaa-i kulla syay-in hayyin afalaa yu’minuun.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui sebenarnya langit dan bumi itu keduanya dahulu ialah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiyaa’ : 30)
B. Mufaradat Penting.
Kata كَفَرُوٓا۟ ialah jama’ dari akar kata (ر ف ك ) yang berarti menutup, melepas diri, menghapus, menyembunyikan dan lain-lain. Maksud dari kata ini ialah menutup diri dari kenyataan bahwa Allah Swt., ialah sumber kehidupan alasannya ialah Dia (tanpa campur tangan mahluk) ialah pencipta, pembina dan pengatur alam semesta dengan kebenaran mutlak (haq). Kata kafara juga sanggup disandangkan kepada mereka yang tidak bersyukur dan mereka yang kikir yakni enggan membagikan rizki yang telah diterima kepada orang lain.
Kata رَتْقًا yang di sini diterjemahkan sebagai “suatu yang padu” dipakai untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan فَفَتَقْنَٰهُمَا atau Kami pisahkan antara keduanya bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui insiden pemisahan atau pemecahan. Biji kedelai atau kacang yang tumbuh kecambahnya dan muncul tunas dari dalam tanah ialah salah satu insiden yang juga diungkapkan dengan memakai kata ini.
C. Isi Kandungan Al-Qur’an Surat Al-Anbiyaa’ Ayat 30.
Dalam ayat ini Allah Swt. dijelaskan bahwa keadaan orang yang tidak memperhatikan keadaan alam ini, dan tidak memperhatikan kejadiannya, padahal dari makhluk-makhluk yang ada di alam ini sanggup diperoleh bukti-bukti wacana adanya Allah Swt serta kekuasaan-Nya yang mutlak. Allah Swt menegaskan bahwa mereka itu buta, sehingga tidak sanggup melihat bahwa langit dan bumi itu dulunya merupakan suatu yang padu dan tidak berpecah; kemudian Allah Swt dengan kekuasaan-Nya yang mutlak dan sanggup berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya, menyerupai memisahkan antara langit dan bumi itu, dan masing-masing beredar berdasarkan garis edarnya, dan melaksanakan kiprah tertentu, dengan sebaik-baiknya.
Setelah menghidangkan ilmu pengetahuan wacana insiden alam ini, yaitu langit dan bumi, selanjutnya dalam ayat ini Allah Swt mengajarkan pula suatu prinsip ilmu pengetahuan yang lain, yaitu mengenai kepentingan fungsi air bagi kehidupan semua makhluk yang hidup di alam ini, baik manusia, binatang maupun tumbuhtumbuhan. Maka Allah Swt berfirman: “.. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup”.
Pada masa kini ini, tidak ada orang yang mengingkari pentingnya air bagi manusia, maupun untuk keperluan binatang ternaknya, ataupun untuk kepentingan tanam-tanaman dan sawah ladangnya. Manusia dan binatang sanggup bertahan hidup berhari-hari tanpa makan, asalkan ia mendapat minum. Akan tetapi iatakkan sanggup hidup tanpa mendapat minum beberapa hari saja. Di samping itu, insan dan hewan, selain memerlukan air untuk hidupnya, ia juga berasal dari air, yang disebut “nuṭfah”.
Selanjutnya, apabila insan sudah meyakini pentingnya air bagi kehidupannya, dan meyakini pula bahwa air tersebut ialah salah satu dari nikmat Allah Swt., maka tidak ialah alasan bagi insan untuk tidak beriman kepada Allah Swt serta mengingkari nikmat-Nya yang tak ternilai harganya.