Surah Al-‘Alaq (Segumpal Darah) yaitu surah ke- dalam al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 19 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Ayat 1 hingga dengan 5 dari surah ini yaitu ayat-ayat Al-Quran yang pertama kali diturunkan, yaitu di waktu Nabi Muhammad bertafakur di gua Hira. Surah ini dinamai Al ‘Alaq (segumpal darah), diambil dari perkataan ‘Alaq yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Surat ini dinamai juga dengan Iqra’ atau Al Qalam.
a.Teks Bacaan Surat Al-‘Alaq ayat 1-5.
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah membuat insan dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada insan apa yang tidak diketahuinya.
b. Asbabun Nuzul.
Pada awal kerasulan Muhammad , dia berkhalwat (meningalkan keramaian) di Goa Hira. Setelah beberapa hari dia mendapatkan wahyu yang pertama Surat Al ‘Alaq 1-5. Dalam keadaan kedingingan, dia menemui Khadijah dan menceritakan yang telah terjadi. Waraqah bin Naufal yaitu pendeta yang menjelaskan bahwa itu yaitu insiden kenabian, sebagaimana terjadi pada nabi-nabi sebelumnya.
c. Kandungan Surat Al-‘Alaq ayat 1-5.
Surat Al-Alaq 1-5 merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad Saw. Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw, yang dalam kajian Ibnu Katsir dikatakan sebagai rahmat dan nikmat pertama yang dianugerahkan Allah Swt kepada para hamba-Nya (Lihat Tafsir Ibnu Katsir V/236). Dan inilah pula yang menandai penobatan dia sebagai Rasulullah, utusan Allah Swt , kepada seluruh umat manusia. Wahyu inilah yang menjadi tonggak perubahan peradaban dunia. Dengan turunnya ayat tersebut maka berubahlah garis sejarah umat manusia. Berubah dari kehidupan jahiliyah nan gelap dalam semua aspek, termasuk di dalamnya kegelapan ilmu pengetahuian, menjadi terang benderang.
Sejak ketika itu, penduduk bumi hidup dalam keharibaan dan pemeliharaan Allah Swt secara langsung. Mereka hidup dengan terus memantau pemikiran Allah Swt yang mengatur semua urusan mereka, besar maupun kecil. Dan perubahan-perubahan itu ternyata diawali dengan “Iqra” (bacalah). Perintah membaca di sini tentu harus dimaknai bukan sebatas membaca lembaran-lembaran buku, melainkan juga membaca ‘buku’ dunia. Seperti membaca gejala kebesaran Allah Swt. Membaca diri kita, alam semesta dan lain-lain. Berarti ayat tersebut memerintahkan kita untuk berguru dari mencari ilmu pengetahuan serta menjauhkan diri kita dari kebodohan.
Namun membaca yang bisa membawa kepada perubahan positif bagi kehidupan insan bukanlah sembarang membaca, melainkan membaca ‘dengan menyebut nama Allah Yang Menciptakan’ اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Dalam kajian Sayyid Quthb rahimahullah, bahwa surat ini yaitu surat pertama dari Al Qur’an, maka ia dimulai dengan Bismillah, dengan nama Allah. Dan Rasulullah Saw pertama kali melangkah dalam bekerjasama dengan Allah dan pertama kali menapaki jalan da’wah dengan Bismillah: “Iqra’ bismi rabbik”. (Tafsir Fi Zhilal Al Qur’an)
Dengan demikian dalam makna yang lebih luas, ayat pertama merupakan perintah untuk mencari ilmu, ilmu yang bersifat umum baik ilmu yang menyangkut ayat-ayat qauliyah (ayat Al Qur’an) dan ayat-ayat kauniyah (yang terjadi di alam). Ayat qauliyah ialah gejala kebesaran Allah SWT yang berupa firmanNya, yaitu Al-Quran. Dan ayat-ayat kauniyah ialah gejala kebesaran Allah Swt yang berupa keadaan alam semesta.
Dan di bumi terdapat gejala (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin dan (juga)pada dirimu sendiri. Maka apakah kau tidak memperhatikan? (QS. Az-Zariyat 20-21)
Ayat kedua, Allah Swt menyatakan bahwa insan dicipta dari segumpal darah. Allah Swt sendiri juga telah menegaskan bahwa insan dicipta sebagai sebaik-baik ciptaan dan tidak ada makhluk yang dianugerahi wujud dan kemudahan hidup yang menyamai manusia. Allah Swt menganugerahi insan berupa logika pikiran, perasaan, dan petunjuk agama. Semua itu mengakibatkan insan sebagai makhluk yang paling mulia. Yang demikian itu, diperlukan insan bersyukur kepada Allah Swt dengan menaati semua perintah dan menjauhi semua laranganNya.
Dalam kaitannya dengan kewajiban menuntut ilmu, ayat kedua juga memberi petunjuk kepada insan untuk mengenal dirinya secara jelas, yaitu mengetahui asal kejadiannya. Hal tersebut terungkap dalam QS. Al-Mukminun 12-14.
“Dan sebenarnya Kami telah membuat insan dari suatu saripati (berasal) dari tanah.Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam daerah yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, kemudian segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, kemudian tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al-Mukminun 12-14)
Ayat keempat, Allah Swt mengajar insan dengan pena. Maksudnya dengan pena insan sanggup mencatat banyak sekali cabang ilmu pengetahuan, dengan pena insan sanggup menyatakan ide, pendapat dan impian hatinya dan dari pena insan juga mendapatkan banyak sekali ilmu pengetahuan baru.
Pada ayat kelima, Allah Swt mengajar insan apa yang tidak/belum diketahuinya. Manusia lahir ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Secara perlahan, Allah Swt memperlihatkan insan kemampuan melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya, sehingga dengan kemampuannya itu insan bisa mencapai cabang ilmu baik ilmu agama maupun ilmu yang lain bahkan ilmu yang mungkin pribadi diberikan oleh Allah Swt kepada beberapa orang yang dikehendaki tanpa melalui berguru (ilmu laduni).
Demikian, Allah Swt telah menunjukan bahwa insan manusia dicipta dari benda yang tidak berharga kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis, dan memberinya pengetahuan.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal kandungan ayat Al Qur’an Surat Al-‘Alaq ayat 1-5 Tentang Pentingnya Ilmu. Kunjungilah selalu percetakanalquran.com semoga bermanfaat. Aamiin.