Al-Qur’an Surat Ar-Rahman Ayat 1-4.
“(tuhan) yang Maha pemurah. yang telah mengajarkan Al Quran. Dia membuat manusia. mengajarnya pandai berbicara.” (QS. Ar-Rahman: 1-4)
Kandungan Al-Qur’an Surat Ar-Rahman Ayat 1-4.
Al-Maraghi menjelaskan bahwa asbabun nuzul surah Ar-Rahman adalahorangorang Kafir Mekah menuduh bahwa Nabi Muhammad diajari oleh seseorang perihal Al-Quran. Ini diungkap dalam ayat: Innama yu’allimuhu basyarun. Surat Ar-Rahman menjawab bahwa Allah Yang Maha Rahman yang mengajari Al-Qu’ran kepada Nabi Muhammad SAW.
Surah ini diawali dengan menyebut nama Allah Ar-Rahman yang berarti Dialah Allah yang Maha Pemurah. Kemurahan Allah Swt diberikan seluruh makhlukNya tanpa di beda-bedakan. Semua makhluknya diberi rizki, bahkan kepada orang yang ingkar sekalipun. Penyebutan di awal surah juga untuk membuat kaum kafir tertarik, alasannya yaitu Allah Swt itu bukan Zat yang kejam tetapi yang Rahman, Maha Pemurah. Kemurahannya untuk semua makhluk-Nya. Namun perlu diingat bahwa Rahim-Nya Allah (Maha Pengasih) hanya diberikan kepada makhluk-Nya yang taat/ beriman.
Baca Juga :
Kata Al-Quran disebut setelah Ar-Rahman dalam surat ini alasannya yaitu menjadi Rahmat yang paling besar. Dengan Al-Qur’an, insan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an yaitu nikmat terbesar bagi insan dan seharusnya menjadi pedoman bagi insan dalam hidup. Karena itu pula, mengapa kata al-Qur’an disebut lebih dahulu gres kemudian menyebut kata al-insan (manusia).
Sebab insan yang paling membutuhkan petunjuk/Al-Quran dan insan punya potensi untuk itu. Hal ini pun mengatakan betapa pentingnya al-Qur’an bagi panduan kehidupan manusia. Manusialah yang sangat memerlukan al-Qur’an untuk menuntun jalan hidupnya. Pesan pentingnya bahwa insan dihentikan meninggalkan dan menanggalkan al-Qur’an dalam kehidupannya kalau insan ingin sukses dunia dan akheratnya.
Manusia diberi potensi oleh Allah Swt berupa diajarinya pandai berbicara, bernalar, berbahasa, mengolah dan mengungkapkan pikiran (al-Bayan). Kemampuan ini hanya bisa dilakukan oleh manusia. Dengan kemampuan inilah peradaban insan bisa berkembang dan mengalami kemajuan pesat. Pengajaran al-bayan itu tidak terbatas hanya pada ucapan, tetapi meliputi segala bentuk lisan termasuk seni dan raut muka. Bahkan berdasarkan al-Biqa’i, kata al–bayan yaitu potensi berpikir, yakni mengetahui kasus kulli dan juz’i, menilai yang tampak dan juga yang mistik dan menganalogikannya dengan yang tampak. Sekali dengan tanda-tanda, di lain kali dengan perhitungan.
Ada banyak pelajaran yang menarik dari surat Ar-Rahmaan yaitu setelah Allah Swt menguraikan beberapa nikmat yang dianugerahkan kepada manusia, Allah bertanya “maka nikmat Tuhan kau yang manakah yang kau dustakan?”. Kalimat itu diulang berkali-kali sampai 31 kali. Apa gerangan makna kalimat tersebut?. Menarik untuk diperhatikan bahwa Allah memakai kata “dusta” bukan kata “ingkar”.
Hal ini mengatakan bahwa nikmat yang Dia berikan kepada insan itu tidak bisa diingkari keberadaannya. Yang bisa dilakukan insan yaitu mendustakannya. Dusta berarti menyembunyikan kebenaran. Manusia sebetulnya tahu bahwa mereka telah diberi nikmat oleh Allah Swt, tapi mereka menyembunyikan kebenarannya itu, mereka mendustakannya. Bukankah kalau kita mendapat uang banyak, kita katakan bahwa itu alasannya yaitu kerja keras kita?. Kalau kita berhasil lulus sekolah atau meraih gelar sarjana, itu alasannya yaitu otak kita yang cerdas?. Kalau anak kita berhasil itu alasannya yaitu hasil didikan kita?.
Kalau kita sehat, jarang sakit, itu alasannya yaitu kita pandai menjaga makan dan rajin berolah raga, dan lain-lainnya. Semua nikmat yang kita peroleh seolah-olah hanya alasannya yaitu perjuangan kita. Tanpa sadar kita melupakan peranan Allah Swt, kita sepelekan kehadiran Allah Swt pada semua keberhasilan kita, dan kita dustakan bahwa sesungguhnya nikmat itu semuanya tiba dari Allah Swt.