A. Kelahiran Nabi Isa As. Menurut al-Qur’an.
Nabi ‘Isa As. serta ibunya Maryam ialah makhluk Allah Swt. yang terpilih, mereka tidak sekali-kali akan mengakui diri mereka sebagai Tuhan disebabkan nikmat yang diberikan kepada mereka, terutamanya Nabi ‘Isa As. Dakwaan bahawa Nabi ‘Isa itu ialah jelmaan Allah Swt. hanyalah dongeng karut dan pembohongan semata-mata. ‘Isa As. sendiri menyatakan di dalam Yohanes, fasal 17, ayat 3, bahwa “Inilah hidup yang kekal, yaitu supaya mereka mengenal Engkau, Allah Yang Esa, dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu.”
Al-Qur’an dengan gamblang dan teliti mengisahkan mulai proses kehamilan dan kelahiran Isa As. dari Maryam, seorang wanita shalihah yang telah dipilih Allah, ibarat pada firman Allah Swt dalam QS. Maryam (19) : 16-33.
16
“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu daerah di sebelah timur,”
17
“maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; kemudian Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia berkembang menjadi di hadapannya (dalam bentuk) insan yang sempurna.”
18
Maryam berkata: “Sesungguhnya saya berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, bila kau seorang yang bertakwa”.
19
Ia (jibril) berkata: “Sesungguhnya saya ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak pria yang suci”.
20
Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan saya bukan (pula) seorang pezina!”
21
Jibril berkata: “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman: “Hal itu ialah gampang bagi-Ku; dan biar sanggup Kami menjadikannya suatu tanda bagi insan dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu ialah suatu perkara yang sudah diputuskan”.
22
“Maka Maryam mengandungnya, kemudian ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke daerah yang jauh.”
23
Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, beliau berkata: “Aduhai, alangkah baiknya saya mati sebelum ini, dan saya menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”.
24
“Maka Jibril menyerunya dari daerah yang rendah: “Janganlah kau bersedih hati, sebetulnya Tuhanmu telah mengakibatkan anak sungai di bawahmu.”
25
“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, pasti pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,”
26
“maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kau melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya saya telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka saya tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”.
27
“Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sebetulnya kau telah melaksanakan sesuatu yang amat mungkar.”
28
“Hai saudara wanita Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,
29
maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?”
30
Berkata Isa: “Sesungguhnya saya ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia mengakibatkan saya seorang nabi,”
31
“dan Dia mengakibatkan saya seorang yang diberkati di mana saja saya berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama saya hidup;”
32
“dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak mengakibatkan saya seorang yang sombong lagi celaka.”
33
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari saya dilahirkan, pada hari saya meninggal dan pada hari saya dibangkitkan hidup kembali”.
B. Kenabian Isa As.
Setiap muslim meyakini bahwa Isa ialah sebagai seorang nabi pendahulu Muhammad, dan menyatakan bahwa setelah ia akan muncul seorang nabi terakhir, sebagai epilog dari para nabi utusan Tuhan. Hal ini berdasarkan dari ayat al-Qur’an, di mana Nabi Isa menyatakan wacana seorang rasul yang akan muncul setelah dia, yang berjulukan Ahmad.
Ajaran Islam menganggap Nabi Isa hanya sebagai utusan Allah saja. Kepercayaan yang menganggap Isa sebagai Allah atau Anak Allah, berdasarkan Islam ialah perbuatan syirik (mengasosiasikan makhluk sama dengan Allah), dan dengan demikian dianggap sebagai suatu penolakan atas konsep Keesaan Tuhan (tauhid).
Nabi Isa menerima gelar Ulul Azmi, yakni gelar yang diberikan kepada para rasul yang mempunyai kedudukan tinggi/ istimewa lantaran ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, dalam berbagi agama. Gelar ini ialah gelar tertinggi/ istimewa ditingkat para nabi dan rasul.Tentang gelar ini telah dijelaskan pada QS. al-Ahqaaf ayat 35 dan Asy-Syuraa ayat 13.
فَٱصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْعَزْمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِل لَّهُمْ ۚ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوٓا۟ إِلَّا سَاعَةً مِّن نَّهَارٍۭ ۚ بَلَٰغٌ ۚ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
“Maka bersabarlah kau ibarat orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kau meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seperti tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.”(QS. al-Ahqaaf 35)
“Dia telah mensyari’atkan bagi kau wacana agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kau berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kau seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (Asy-Syuraa : 13)
Islam melihat Nabi Isa sebagai insan biasa yang mengajarkan bahwa keselamatan tiba dengan melalui kepatuhan insan kepada kehendak Tuhan dan hanya dengan cara menyembah Allah saja. Dengan demikian, Isa dalam anutan Islam dianggap sebagai seorang muslim, begitu pula dengan semua nabi Islam. Islam dengan demikian menolak konsep trinitas dalam Ketuhanan Kristen, ibarat juga konsep wacana Ketuhanan Yesus.
Dalam berdakwah, Nabi Isa didampingi para pengikutnya yang disebut al-Hawariyyun, yang jumlahnya 12 orang, sesuai dengan jumlah suku Bani Israil yakni anak turun Nabi Ya’kub, sehingga masing-masing hawari ini ditugaskan untuk memberikan risalah Alkitab bagi masing-masing suku Bani Israil. Namun nama-nama hawari tersebut tidaklah disebutkan di dalam al-Qur’an. Kisah para sobat Isa ini terdapat dalam QS. al-Ma’idah: 111-115 dan QS. Ali ‘Imran: 52. Dalam surat tersebut diceritakan bahwa al-Hawariyyun meminta Isa untuk menurunkan makanan dari langit. Nama surat al-Maidah yang berarti makanan diambil lantaran mengandung kisah ini. Kejadian turunnya makanan dari langit ini makin menambah ketebalan dogma para pengikut Isa.
“Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: “Berimanlah kau kepada-Ku dan kepada rasul-Ku”. Mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sebetulnya kami ialah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)”.(QS. al-Ma’idah: 111)
(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: “Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?”. Isa menjawab: “Bertakwalah kepada Allah bila kau betul-betul orang yang beriman”.(QS. al-Ma’idah: 112)
Mereka berkata: “Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kau telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu”.(QS. al-Ma’idah: 113)
Isa putera Maryam berdoa: “Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang tiba sehabis kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama”.(QS. al-Ma’idah: 114)
Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sehabis (turun hidangan itu), maka sebetulnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia”.(QS. al-Ma’idah: 115)
“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolongpenolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sebetulnya kami ialah orang-orang yang berserah diri.” (QS. Ali ‘Imran: 52)