Salah satu mushaf Alquran yang pernah dibuat dari kain sutra telah diciptakan di Afganistan. Alquran tersebut dibuat tujuannya untuk membantu melestarikan salah satu tradisi kaligrafi yang sudah berusia berabad-abad di negara itu. | Percetakan Alquran
Alquran berbahan kain sutra itu berisikan 610 halaman. Setiap lembar halamannya diproduksi manual oleh tangan dengan penuh ketelitian. Untuk menciptakan Alquran ini setidaknya ada 38 kaligrafer dan seniman yang berpartisipasi dan terlibat selama hampir dua tahun ketika menyelesaikannya.
Pinggiran Alquran tersebut terbuat dari kulit kambing dan memiliki berat 8,6 kg (19 pon). Salinan Alquran diproduksi oleh pengrajin Afganistan, yang banyak dari mereka dilatih di Yayasan Inggris Turquoise Mountain di Kabul. | Percetakan Alquran
Salah seorang kaligrafer bernama Khwaja Qamaruddin Chishti (66) menjelaskan, bahwa mereka memastikan agar kaligrafi tidak mati di Afganistan. Menurutnya, menulis adalah bagian dari budaya mereka. Alquran merupakan teks yang suci dan kaligrafi sangat dihargai dalam seni Islam.
“Ketika Alquran datang ke dalam seni, kita tidak bisa memberi harga pada itu. Tuhan telah mempercayakan kita dengan pekerjaan ini (Alquran), dan ini lebih berarti bagi kita daripada hanya sekadar uang,” kata Chishti, dilansir di Saudi Gazette, Sabtu (26/5). | Percetakan Alquran
Para pengerajin menggunakan pena tinta bambu atau buluh, Christi dan rekan-rekan kaligrafernya menghabiskan waktu sampai dua hari untuk menyalin ayat-ayat suci Alquran ke dalam satu halaman secara hati-hati. Kadangkala, dibutuhkan waktu yang lebih lama apalagi jika ada kesalahan dan terpaksa harus memulainya kembali.
Mereka menggunakan skrip Naskh, yaitu gaya kaligrafi yang berkembang di era awal Islam yang menggantikan Kufic, karena skrip ini lebih mudah dibaca dan ditulis. Hiasan di area sekitar naskah, dikenal sebagai iluminasi, membuatnya lebih memakan waktu. Bayangkan saja tiap halaman bisa selesai membutuhkan waktu satu pekan lebih.
Satu tim yang terdiri dari para seniman menggunakan cat yang terbuat dari bahan-bahan alami, termasuk lapis tanah, emas dan perunggu dalam menciptakan pola-pola halus yang sempat populer ketika dinasti Timurid di abad ke-15 dan 16 di kota barat Herat. | Percetakan Alquran
“Semua warna yang kami gunakan sengaja berasal dari alam,” kata salah seorang seniman miniatur yang bertanggung jawab menciptakan warna-warna cerah yang digunakan dalam Alquran, Mohammad Tamim Sahibzada, kepada AFP.
Sahibzada mengatakan, proses pengerjaan Alquran menggunakan kain sutra untuk pertama kali cukup menantang. Bahan yang digunakan untuk mencetak alquran ini adalah bahan lokal, totalnya 305 meter (1.000 kaki), bahannya diproses menggunakan larutan yang terbuat dari biji kering dari ispaghula atau psyllium, fungsinya supaya tintanya tidak menyebar.
Turquoise Mountain adalah lembaga yang mulai beroperasi pada 2006 di Kabul. Tujuan dari lembaga ini untuk melestarikan kerajinan Afghan kuno, termasuk didalamnya pertukangan kayu, keramik, dan kaligrafi.
Lembaga ini berharap salinan Alquran berbahan sutra akan menghasilkan lebih banyak permintaan akan teks agama Islam buatan tangan. Sehingga, hal itu dapat menciptakan lapangan kerja bagi para pengrajinnya dan membantu keuangan lembaga tersebut. | Percetakan Alquran
“Kami akan menunjukkannya ke negara-negara Islam lain untuk melihat apakah mungkin untuk menciptakan peluang kerja bagi para lulusan untuk bekerja pada Alquran lain,” kata direktur organisasi tersebut di Afganistan, Abdul Waheed Khalili.
Untuk saat ini, Alquran berbahan sutra tersebut akan disimpan dalam kotak kayu walnut yang dibuat dengan ukiran khusus untuk melindungi halaman-halamannya yang halus dari berbagai elemen. Kotak kayu itu akan disimpan di kantor-kantor Turquoise Mountain, yang berada di Murad Khani, sebuah kawasan komersial dan perumahan bersejarah di distrik tertua di Kabul. Di sana, Turquoise Mountain telah melatih ribuan pengrajin dengan dukungan Pangeran Charles di Inggris, British Council, dan USAID.
“Menyalin Alquran ke dalam bahan sutra sangat langka,” kata direktur Turquoise Mountain di Afganistan, Nathan Stroupe.
Dia mengatakan, proyek tersebut merupakan cara luar biasa untuk melatih siswa mereka pada tingkat yang sangat tinggi dalam jenis pekerjaan yang sangat tradisional. Jika pangeran Saudi atau kolektor buku di London tertarik dengan itu, ia mengatakan pihaknya akan berpikir untuk menghargai Alquran tersebut dalam kisaran harga 100 ribu dolar hingga 200 ribu dolar. | Percetakan Alquran